TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir membuka struktur pembentuk harga pada reagen, komponen terbesar yang menentukan harga tes PCR. Informasi ini disampaikan di tengah polemik tingginya harga PCR beberapa waktu terakhir di masyarakat.
"Memang dari struktur cost, terbesar itu adalah dari komponen reagen utamanya," kata Honesti saat memenuhi panggilan rapat Komisi BUMN DPR di Jakarta, Selasa, 9 November.
Bio Farma merupakan salah satu produsen reagen di tanah air. Mereka sudah mengembangkan reagen dengan merek mBioCov-19 sejak 2020. Saat ini, Bio Farma telah memproduksi 2,4 juta test (satuan kuantitas reagen) per bulan dan akan ditambah menjadi 5 juta test per bulan.
Dalam paparannya, Honesti merinci harga publish (di luar Pajak Pertambahan Nilai atau PPN) dari reagen yang diproduksi Bio Farma yaitu Rp 90 ribu. Menurut dia, Bio Farma telah beberapa kali menurunkan harga reagen ini sejak pertama kali diproduksi pada Agustus 2020.
Kala itu, Bio Farma memproduksi reagen berupa PCR Singleplex (BioCov) dengan harga Rp 325 ribu per test. Dalam catatan Honesti, produksi BioCov saat itu dilakukan dengan kapasitas produksi yang masih sedikit selama Agustus 2020 hingga Januari 2021.
Namun, Ia mencatat harga Rp 325 ribu telah mempu mendorong perusahaan farmasi kompetitor menurunkan harga reagen PCR menjadi kisaran Rp 400 ribu sampai Rp 800 ribu per test.
Tapi pada September 2020, BioFarma memproduksi reagen baru berupa PCR Multiplex (mBioCov) dan harganya turun jadi Rp 250 ribu per tes. Ini adalah inovasi produk di Bio Farma dan permintaan di pasar pun mulai meningkat.