TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat industri penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman menilai Pelita Air bakal sulit menggantikan peran PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Khususnya dalam berekspansi usaha, ia memperkirakan butuh waktu lama untuk bisa mengembangkan sayapnya.
“Untuk ekspansi, Pelita akan butuh waktu," ujar Gerry ketika dihubungi, Kamis, 4 November 2021. Ia menyebutkan Pelit Air baiknya berfokus pada persiapan armada bisnis penerbangan berjadwal terlebih dahulu dan ekspansi awal untuk mencapai jumlah yang cukup. "Untuk kemudian mulai ke ekspansi besar-besaran."
Lebih jauh, ia juga menilai posisi Garuda Indonesia tidak mudah digantikan dengan maskapai lain, termasuk Pelita Air. Sebab, selain memiliki sarana dan prasarana yang sangat besar, jumlah pesawat dan rute yang dilayani maskapai berkode saham GIAA tersebut juga tidak sebanding dengan Pelita Air saat ini.
Sementara itu, pemerhati penerbangan Alvin Lie menyatakan Pelita Air yang merupakan milik PT Pertamina (Persero) itu jauh lebih sehat secara finansial ketimbang Garuda Indonesia saat ini. Garuda terbebani setumpuk utang dan ekuitas negatif hingga US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS).
Alvin menilai Pelita Air bakal menghadapi tantangan yang sangat berat bila dipaksa mendadak mengembangkan bisnisnya secara ekstrem menjadi maskapai penerbangan utama. Baik dari segi permodalan, armada, SDM maupun organisasi.
“Akan lebih baik jika Pelita Air bertransformasi secara bertahap, daripada mengembangkan bisnis secara ekstrem,” kata Alvin.