TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menargetkan pengurangan Karbon Dioksida (CO2) hingga 81.4 juta ton pada tahun 2060. Target itu dipatok untuk mendukung langkah pemerintah mewujudkan Net Zero Emission.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyitir pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa transisi energi ke Energi Baru Terbarukan akan terus berlanjut, namun harus sejalan dengan prinsip ketahanan energi, aksesibilitas, dan keterjangkauan.
“Dari perspektif itu, Pertamina akan terus berusaha mengupayakan adanya keseimbangan antara agenda perubahan iklim dan ketahanan energi di Indonesia dan juga untuk keberlanjutan perusahaan,” ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Rabu, 3 November 2021.
Pemerintah sebelumnya menargetkan penurunan emisi sebesar 29 persen dengan kemitraan global pada tahun 2030. Di sektor energi, pemerintah berambisi mengurangi emisi sebanyak 314 juta ton setara CO2 (tCO2e) pada tahun 2030, dengan 183 juta ton atau lebih dari 50 persen di antaranya merupakan target sektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
Target ini dituangkan dalam peta jalan transisi energi Indonesia yang disebut National Energy Grand Strategy. Peta jalan itu menyebutkan bahwa dengan kondisi bauran energi saat ini yang masih berada pada level sekitar 9 persen, maka pada tahun 2050 akan meningkat menjadi 31 persen.
“Untuk dapat memberikan hasil yang signifikan dalam memitigasi perubahan iklim, maka dengan pola bisnis seperti saat ini, sektor Migas secara global harus mengurangi emisi setidaknya 3,5 gigaton setara karbon dioksida (GtCO2e) per tahun pada tahun 2050,” kata Nicke.