TEMPO.CO, Jakarta - Mal Ciputra Jakarta menggandeng JIISCOMM menggelar festival kuliner legendaris bertajuk Kampoeng Legenda sejak kemarin. Di hari kedua beroperasi, Kamis, 28 Oktober 2021, nampak pengunjung antusias untuk mencicipi jajaran kuliner Nusantara ini.
Dengan kehadiran Kampoeng Legendaris ini, masyarakat dapat mengobati rasa kerinduan terhadap kuliner di kampung halamannya. Terutama adanya pembatasan sosial selama pandemi membuat masyarakat tak dapat berpulang ke kampung halamannya.
Di Mal Ciputra terdapat sebanyak 60 tenant berasal dari berbagai kota seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Madura, Solo, Yogyakarta, Bali, Gresik, Manado, Tasikmalaya, dan lain-lain.
Kemudian, untuk ragam kuliner yang dihadirkan di antaranya adalah Toko OEN dari Semarang (1936), Bebek Sinjay Asli Bangkalan dari Madura (2000), Kupat Tahu Gempol dari Bandung (1065), Nasi Liwet Wongso Lemu dari Solo (1950), Sate Babi Bawah Pohon dari Bali (1997), dan Gudeg Yu Djum dari Yogyakarta (1951).
Selain itu, terdapat kuliner Rujak Shanghai Encim, Sate Madura Apjay, Ketan Susu Kemayoran, Pempek Megaria, Es Durian Iko Gantinyo, Martabak Kubang Hayuda, dan lain-lain.
Sebelum mencicipi kuliner nusantara tersebut, pengunjung diminta untuk melakukan top-up di kasir sehingga menukarkan tunai menjadi barcode. Hal tersebut karena kampoeng legenda menerapkan sistem cashless.
Kemudian, tidak ada nominal untuk top-up. Jika pengunjung sudah menukarkan tunainya, maka akan mendapatkan kertas bergambarkan barcode dan jumlah nominal top-up.
Saat mendatangi tenan, pengunjung hanya menunjukkan kertas yang bergambarkan barcode tersebut sebagai sistem pembayaran. Kemudian, pengunjung juga dapat melihat jumlah uang yang tersisa.
Namun, jika pengunjung sudah merasa puas mencicipi kuliner dan masih ada sisa saldo, dapat menukarkan kembali di kasir untuk menjadi tunai atau refund. Akan tetapi, masa penukaran hanya berlaku pada hari itu juga.