TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menilai rencana pemerintah memperluas wajib PCR sebagai syarat perjalanan adalah kebijakan yang tidak efektif secara biaya.
"Kalau mau intervensi kesehatan publik, misalnya diterapkan di moda transportasi, ya bisa saja, tapi kalau cari yang cepat, murah, dan efektif itu ya rapid test. kalau PCR itu tidak cost effective," ujar Dicky kepada Tempo, Rabu, 27 Oktober 2021.
Dicky menduga ada kesalahpahaman mengenai testing sebagai strategi kesehatan masyarakat dan testing sebagai alat diagnosa di rumah sakit.
Kalau tes dengan tujuan kesehatan publik, menurut Dicky, WHO sudah merekomendasikan bahwa dapat dilakukan menggunakan uji cepat atau rapid test. Berdasarkan uji di Inggris, rapid test memiliki sensitivitas 97 persen untuk mendeteksi seseorang yang terinfeksi Covid-19.
Rapid test dinilai dapat digunakan untuk tujuan tersebut lantaran efektif secara biaya. Selain harganya murah, hasil bisa diperoleh lebih mudah dan cepat.