TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengumumkan rencana pembangunan smelter atau pemurnian tambang mineral PT Freeport Indonesia di Papua. Bahlil mengatakan dirinya sudah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengenai rencana ini.
"Saya sudah lakukan komunikasi intens dengan Bapak Presiden, setelah saya laporkan apa yang diarahkan teman-teman Papua, tentang keinginan pembangunan smelter di Papua," kata Bahlil dalam konferensi pers virtual, Rabu, 27 Oktober 2021.
Sebelumnya, pembangunan smelter Freeport memang telah dimulai di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur. Peletakan batu pertama langsung dilakukan oleh Jokowi pada 12 Oktober 2021.
Bahlil menyebut kapasitas produksi tembaga Freeport saat ini mencapai 3 juta ton per tahun. Sebanyak 1,3 juta dialokasikan untuk memenuhi kapasitas pabrik eksisting Freeport yang ada di Gresik. Lalu, 1,7 juta ton inilah yang bakal dipasok ke smelter di (JIIPE) yang baru diresmikan Jokowi.
Tapi kemudian, kata Bahlil, ia menerima serangkaian protes dari pengusaha di Kamar Dagang dan Industri (Kadin), asosiasi, kelompok intelektual, hingga organisasi pemuda dan adat di Papua. Sebab, mereka berharap smelter dibangun di Papua.
"Saya banyak dapat protes, surat banyak sekali, bahkan ada yang katakan kepada saya, seperti kakak bukan dari Papua saja," kata Bahlil yang lama berbisnis di Papua ini.