TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menduga tak ada masalah mendasar perihal kualitas kereta layang ringan (LRT) Jabodebek yang diproduksi PT INKA (Persero). Menurut dia, INKA telah memiliki pengalaman membuat kereta non-masinis untuk pasar dalam dan luar negeri.
“Produk INKA dengan tenaga penggerak memang belum terlalu banyak. Tapi selama ini sudah cukup reliable, seperti kereta-kereta bandara dan LRT Palembang yang kita tahu minim masalah dari sisi bodi atau fisiknya,” ujar Aditya saat dihubungi pada Selasa, 26 Oktober 2021.
Di pasar global, INKA telah tercatat mengekspor kereta berpenggerak ke Filipina. Sedangkan untuk kereta penumpang dan lokomotif, Aditya mengungkapkan, perusahaan BUMN yang memiliki pabrik di Madiun itu sudah mengirim produksinya ke berbagai negara, seperti Bangladesh dan Malaysia.
Sebelumnya LRT Jabodebek yang diproduksi INKA mengalami kecelakaan pada Senin, 25 Oktober 2021. Insiden itu menimpa train set atau rangkaian kereta LRT nomor 29 di antara Stasiun Harjamukti Cibubur-Ciracas.
Peristiwa bermula saat trainset 29 melakukan langsir. Kereta akan dipindah dari jalur LRT Ciracas ke Stasiun Harjamukti. Dalam proses pemindahan itu, masinis diduga mengendalikan kereta dengan kecepatan di atas standar sehingga menabrak train set nomor 20 yang terparkir di Harjamukti.
Aditya mengatakan ada dua faktor yang disinyalir menjadi penyebab kecelakaan. Keduanya merupakan faktor yang berasal dari sarana. “Sebab ini terjadi saat uji coba dan belum ada integrasi dengan infrastruktur (prasarana), seperti persinyalan, wesel, dan lain-lain,” kata Aditya.