Dengan menggunakan produk dalam negeri, tercapai efisiensi pada kerja sama BBM dan pelumas sebesar Rp 700 miliar per tahun. Pada 2020, uji coba dan substitusi produk smooth fluid dalam negeri juga memberikan efisiensi sebesar US$ 300.000 per sumur. Selain itu, kerja sama penerbangan tahun lalu berhasil membukukan efisiensi sebesar Rp 25,9 miliar per tahun.
Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri sebelumnya memperkirakan Indonesia akan mengalami defisit energi hingga US$ 80 milar atau sekitar Rp 1.122 triliun pada 2040. Prediksi itu mengacu pada kondisi produksi dan konsumsi energi dalam negeri yang terus menunjukkan ketimpangannya.
“Produksi turun terus, tapi konsumsi naik terus. Minyak dan gas kita sekarang sudah defisit US$ 5,7 milar,” ujar Faisal di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Desember 2019.
Faisal mengatakan, dalam posisi saat ini, Indonesia sebenarnya masih beruntung lantaran memiliki cadangan energi batu bara mencapai US$ 20 miliar. Angka itu setara dengan Rp 280,6 triliun. Karena itu, meski mengalami defisit migas, negara masih memiliki cadangan energi dari batu bara hingga 2020.
Pada 2021, ketika cadangan batu bara mulai terkikis, Indonesia mulai mengalami defisit energi. Kondisi pasokan energi dalam negeri pun disinyalir tidak membaik karena investor di sektor hulu migas sulit masuk ke Indonesia.
ANTARA | FRANCISCA CHRISTY
Baca: Citigroup Bakal Tutup Bisnis di 5 Negara di Asia Pekan Depan, Indonesia Termasuk
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.