TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak kalangan santri, yang baru merayakan Hari Santri pada 22 Oktober, untuk berbudi daya sistem bioflok sebagai alternatif teknologi yang adaptif dan aplikatif serta berkonsep ekonomi biru yang berkelanjutan.
"Budi daya ikan sistem bioflok ini berbasis ekonomi biru. Kita lihat coba, semua teknologinya itu berbasis kepada pendekatan keilmuan. Seperti, limbahnya diatur hingga kasih pakannya juga terukur. Ingat jangan sampai kegiatan budi daya itu tidak sustainable atau tidak berkelanjutan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu 23 Oktober 2021.
Ia mengemukakan bahwa budi daya dengan sistem bioflok merupakan pilihan bagi masyarakat yang dapat diterapkan di berbagai daerah di Tanah Air untuk berusaha di bidang pembudidayaan ikan.
Apalagi, lanjutnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan harus dilakukan secara terukur dengan pendekatan ekonomi biru agar tercapainya keberlanjutan dengan keseimbangan pertumbuhan ekonomi, sosial dan ekologi.
"Konsep ekonomi biru itu, berkaitan dengan keseimbangan, jadi kalau ekologi saja, ekonominya tidak pernah disentuh maka tidak akan mencapai keseimbangan. Jadi KKP mengusung pendekatan ekonomi biru. Pendekatannya harus ilmiah berbasis scientific. Salah satunya sistem bioflok," jelas Tb Haeru Rahayu, yang akrab disapa Tebe.
Menurut dia, budi daya sistem bioflok merupakan inovasi yang dirancang sebagai solusi untuk penyediaan pakan berkelanjutan.