Kondisi terkini Garuda
Garuda disebut-sebut memiliki utang hingga Rp 70 triliun atau US$ 4,9 miliar. Utang Garuda jumlahnya bertambah lebih dari Rp 1 triliun per bulan seiring dengan penundaan pembayaran tanggungan.
Membengkaknya biaya leasing disebabkan oleh armada yang jumlahnya terlalu banyak dan spesifikasinya tidak cocok dengan karakter maskapai. Garuda saat ini memiliki Boeing 737, Boeing 777, Airbus A320, Airbus A330, ATR, dan Bombardier. Banyaknya jenis armada itu mengakibatkan inefisiensi dalam perawatan, manajemen operasional penerbangan, hingga pelatihan kru kabin.
Saat ini Garuda masih menjajaki negosiasi dengan lessor dan krediturnya untuk merelaksasi utang. Di tengah proses restrukturisasi, kondisi arus kas dan operasi harian maskapai pelat merah dilaporkan sangat minim. Jadwal dan frekuensi penerbangan emiten itu sangat tergantung pada kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat.
Kondisi Garuda pun akan semakin rentan dengan arus kas yang kian tipis apabila timbul kebijakan pengetatan pergerakan kembali ke depannya.
Tanggapan Garuda
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan kemungkinan gagalnya restrukturisasi perseroan merupakan pandangan dari Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas perseroan.
“Kementerian BUMN melihat berbagai kemungkinan melalui perspektif yang lebih luas atas berbagai opsi-terkait langkah pemulihan kinerja Garuda Indonesia,” ujar Irfan.
Namun, ia menyebut pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas Garuda masih memiliki berbagai opsi untuk memilihkan kinerja perseroan. Ia juga meyakini kinerja perusahaan akan berangsur membaik seiring dengan peningkatan tren pergerakan masyarakat.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS
Baca juga: BUMN Targetkan 3 Bulan untuk Siapkan Pelita Air Layani Penerbangan Berjadwal
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.