TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada tahun 2021 ini lebih rendah dari prakiraan sebelumnya.
"Menjadi di kisaran 0,0 persen hingga 0,8 persen dari produk domestik bruto pada 2021," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Selasa, 19 Oktober 2021. "Dan akan tetap rendah pada 2022, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia."
Sebelumnya, pada bulan September lalu, Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2021 di kisaran 0,6 persen hingga 1,4 persen dari PDB.
Lebih jauh Perry menjelaskan defisit transaksi berjalan sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi, yaitu bagaimana membandingkan permintaan dan penawaran. Kalau permintaan naik, sepanjang penawaran memadai, tentu saja kebutuhan untuk impornya juga akan rendah. Hal tersebut yang akan mempengaruhi defisit transaksi berjalan.
Di Indonesia, kata Perry, CAD rendah karena ekspor sangat tinggi terutama komoditas dan manufaktur. Sementara impor atau permintaan memang naik, tapi kebutuhan output potensialnya masih relatif lebih rendah. Hal itu yang kemudian memicu CAD rendah.
Sedangkan tahun depan, dari perhitungan Perry, permintaan akan naik, tapi kondisi penawaran agregat totalnya juga masih memadai. Oleh sebab itu, defisit transaksi berjalan tahun depan diperkirakan bakal makin rendah. "Kita juga tentu perlu lihat di 2023 maupun di 2024, itu yang kita sebut siklus ekonomi," ucapnya.
Baca: ETF Bitcoin Berjangka Segera Diperdagangkan, BTC Terus Melejit ke Rp 879 Juta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.