TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor komoditas batu bara masih terus mengalami kenaikan. Sepanjang September 2021, ekspor batu bara tumbuh hingga 168,89 persen (year-on-year/yoy).
"Tumbuhnya cukup tinggi," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat, 15 Oktober 2021.
Baca juga:
Selain itu, ekspor batu bara masih tumbuh 9 persen (month-to-month/mtm). Kinerja pun menopang pertumbuhan ekspor sektor pertambangan di tanah air. Sebab, 70,33 persen ekspor tambang Indonesia adalah batu bara.
Sebelumnya, kenaikan harga batu bara terus terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Harga batu bara mencapai rekornya tahun ini dengan menyentuh harga di atas US$200 per ton pada perdagangan Selasa, 28 September 2021.
Analis memperkirakan sampai akhir tahun harganya bisa lanjut naik ke US$250 per ton. Meski demikian, harga batu bara terpantau mulai menurun dalam beberapa hari terakhir di bulan Oktober ini.
Secara umum, ekspor pertambangan pada September 2021 ini tumbuh 3,46 persen (mtm) dan 183,59 persen (yoy). Sektor ini adalah sumber ekspor kedua terbesar Indonesua setelah industri pengolahan.
Selain batu bara, ekspor tambang Indonesia juga didominasi oleh komoditas tembaga yaitu sebesar 17,23 persen. Ekspor tembaga September 2021 tumbuh 1,03 persen (mtm) dan 166,28 persen (yoy).
Adapun kontributor terbesar ketiga yaitu Lignit yang mencapai 11 persen. Komoditas ini bahkan tumbuh mencapai 904,91 persen (yoy) pada September 2021. Tapi kalau secara bulanan, yang tumbuh paling tinggi ketiga di bawah batu bara dan tembaga, adalah titanium yang tumbuh 102,6 persen (mtmt).
Baca Juga: Jokowi: RI Bulan Depan Mulai Bangun Green Industrial Park Pertama di Dunia