TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington DC, Kamis, 14 Oktober 2021. Di hari kedua, Sri Mulyani mengatakan persamuhan tersebut membahas soal pemulihan ekonomi dunia yang tidak merata.
“Pembahasan mengenai pemulihan ekonomi dunia yang tidak merata akibat tidak semua negara mampu mendapat akses vaksin Covid dan munculnya tantangan dan ketidakpastian baru yang menimbulkan komplikasi bagi para pembuat kebijakan,” ujar dia dalam Instagram pribadinya, @smindrawati, Jumat, 15 Oktober 2021.
IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 3,9 persen menjadi 3,2 persen pada 2021. Penurunan tersebut mempertimbangkan penyebaran mutasi virus corona delta.
Ketidakpastian ekonomi dunia terdorong naiknya harga minyak dan gas, harga komoditas, harga pangan, serta adanya disrupsi rantai suplay. Kondisi ini, tutur Sri Mulyani, telah menimbulkan tekanan inflasi tinggi di berbagai negara maju.
Situasi yang sama juga diprediksi memaksa perubahan kebijakan moneter di negara maju yang berpotensi menimbulkan dampak rambatan spillover ke seluruh dunia. “Semua negara mengalami penurunan ruang fiskal dan moneter, sementara tekanan ekonomi masih belum menurun,” ujar Sri Mulyani.
Adapun kompleksitas yang dirasakan secara global masih akan ditambah dengan tantangan lainnya di bidang lingkungan. Perubahan iklim dan pandemi yang belum berakhir, Sri Mulyani melanjutkan, menuntut semua negara untuk menyusun kebijakan penanganan yang membutuhkan sumber data yang besar.