TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar. Capaian itu melanjutkan tren yang sudah terjadi sejak pertengahan 2020.
"Neraca perdagangan ini selama 17 bulan secara beruntun membukukan surplus," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers pada Jumat, 15 Oktober 2021.
Neraca perdagangan terakhir kali mengalami defisit pada April 2020 yaitu US$ 380 juta. Lalu mulai Mei 2020 sampai sekarang, neraca perdagangan tak pernah lagi defisit.
Surplus US$ 4,37 miliar pada September 2021 dipicu oleh nilai ekspor yang masih melampaui impor. Di bulan tersebut, ekspor mencapai US$ 20,6 miliar dan impor US$ 16,23 miliar.
Margo menyebut negara yang memberikan andil surplus terbesar masih sama seperti bulan lalu, yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina. Surplus dengan ketiga negara masing-masing yaitu Amerika US$ 1,57 miliar, India US$ 718 juta, dan Filipina US$ 713 juta.
Sementara, perubahan terjadi pada tiga besar negara yang menyumbang defisit perdagangan terbesar bagi Indonesia. Di urutan pertama masih sama dengan bulan lalu yaitu Australia. Perdagangan Indonesia dengan negara tetangga ini defisit US$ 529,7 juta.
Defisit perdagangan kedua terbesar yaitu dengan negara tetangga lainnya, Thailand. Angka defisit pada September 2021 mencapai US$ 346,8 juta.
Perubahan terjadi pada perdagangan dengan Cina. Agustus 2021, Cina menjadi mitra dagang yang menyumbang defisit ketiga terbesar bagi Indonesia. Sementara pada September 2021, posisinya digantikan Ukraina dengan defisit US$ 247,2 juta.
Adapun secara umum, Margo menyebut dari sisi nonmigas yang mendominasi perdagangan Indonesia.