TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor September 2021 mencapai US$ 20,6 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi bulan sebelumnya yaitu Agustus 2021 yang mencapai US$ 21,43 miliar.
"Turun 3,84 persen (month-to-month/mtm)," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers pada Jumat, 15 Oktober 2021.
Penurunan terjadi di kedua komponen. Pertama, ekspor migas turun 12,56 persen (mtm) menjadi US$ 0,93 miliar. Kedua, ekspor nonmigas turun 3,38 persen (mtm) menjadi US$ 19,67 miliar.
Posisi US$ 20,6 miliar ini pun berbalik arah dari tren kenaikan yang sudah terjadi sepanjang tahun ini. Sebelumnya, ekspor terus naik dari US$ 15,29 miliar pada Januari menjadi US$ 21,43 miliar pada Agustus 2021.
Secara tahunan, BPS mencatat nilai ekspor September ini masih tumbuh 47,64 persen (year-on-year/yoy). Akan tetapi, pertumbuhan ini masih lebih lambat ketimbang saat Agustus lalu yang mencapai 64,1 persen (yoy).
Adapun pada September ini, BPS mencatat dua dari empat komponen utama penopang ekspor Indonesia menurun secara bulanan. Sektor industri pengolahan yang menopang 75,26 persen ekspor melemah 5,29 persen (mtm). Lalu, sektor migas yang menopang 4,53 persen ekspor, juga melemah lebih dalam yaitu 12,56 persen (mtm).
Sebaliknya, dua sektor lain masih bisa tumbuh positif. Sektor pertambangan yang berkontribusi 18,3 persen pada ekspor, tumbuh 3,46 persen. Lalu terakhir, sektor pertanian yang berkontribusi 1,91 persen pada ekspor, masih bisa tumbuh 15,04 persen.
Baca juga: Agustus 2021, BPS: Ekspor Terbesar ke Cina dan Amerika