TEMPO.CO, Jakarta - Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan krisis energi global meningkatkan permintaan minyak sebesar 500 ribu barel per hari (bph) dan dapat memicu inflasi serta memperlambat pemulihan dunia dari pandemi Covid-19.
Harga minyak dan gas alam telah melonjak ke level tertinggi beberapa tahun baru-baru ini, mengirimkan harga listrik melambung ke tingkat rekor karena kekurangan energi yang meluas melanda Asia dan Eropa.
"Rekor harga batu bara dan gas serta pemadaman bergilir mendorong sektor listrik dan industri padat energi untuk beralih ke minyak agar lampu tetap menyala dan operasi tetap berjalan," kata IEA dalam laporan minyak bulanannya, Kamis, 14 Oktober 2021.
"Harga energi yang lebih tinggi juga menambah tekanan inflasi, bersama dengan pemadaman listrik dapat menyebabkan aktivitas industri yang lebih rendah dan perlambatan pemulihan ekonomi."
Akibatnya, permintaan minyak global tahun depan diproyeksikan pulih ke tingkat prapandemi, kata badan yang berbasis di Paris itu.
IEA merevisi perkiraan permintaan minyak tahun ini naik sebesar 170 ribu barel per hari, atau total tambahan 5,5 juta untuk tahun ini, dan sebesar 210 ribu barel per hari pada 2022, atau total penambahan 3,3 juta barel.