TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace mengatakan persebaran varian corona Mu menjadi penentu kebijakan pembukaan pintu internasional Bali. Persebaran varian tersebut dirembuk dalam rapat terakhir bersama pemerintah pusat.
“Pada rapat terakhir ini jadi penentu. Sebelumnya kan kita kenal virus corona delta. Ini menjadi pertimbangan untuk karantina apakah maksimal satu minggu atau lima hari,” ujar Cok Ace dalam dialog FMB9, Rabu, 13 Oktober 2021.
Pemerintah, kata Ace, berhati-hati membuka gerbang wisatawan asing atau wisman di tengah munculnya mutasi virus corona. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pemerintah memutuskan tetap membuka Bali pada 14 Oktober.
Wisman yang masuk ke Bali diwajibkan menjalani tes RT PCR sebanyak tiga kali dan melakukan karantina selama lima hari untuk menekan kemungkinan penularan virus corona jika terjadi inkubasi. Sebanyak 35 hotel di Badung, Denpasar, dan Gianyar, kata Ace, siap menjadi lokasi karantina.
Cok Ace mengklaim Bali siap menerima kunjungan asing lantaran warganya lebih dari 90 persen telah menerima vaksinasi. Selain itu, Bali memiliki fasilitas rumah sakit yang menjadi rujukan sebanyak 62 titik. Selain itu, Bali memiliki 25 tempat swab PCR dengan kapasitas pengetesan hampir 4.000 kali sehari.
Kendati begitu, Ace mengatakan untuk mengantisipasi masuknya varian virus corona baru, protokol kesehatan yang disiplin juga mesti diterapkan oleh warga sekitar. “Kita belum kalau ada varian baru, tahu penyebarannya berapa lama. Inilah yang kita antisipasi kita,” tutur Ace.
Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Henky Manurung mengatakan pemerintah belum secara resmi menetapkan daftar negara yang akan masuk ke Bali. “Mungkin besok pagi sudah ada daftar-daftar negaranya,” kata dia. Terakhir, ia menyebut ada 18 negara yang dipertimbangkan diberi izin untuk masuk ke Bali.
Baca Juga: Daftar 35 Hotel Karantina bagi Turis Asing di Bali