TEMPO.CO, Jakarta – PT Kereta Api Indonesia (Persero) menampik ada masalah dalam sistem persinyalan kereta layang ringan (LRT) Jabodebek relasi Cibubur-Cawang. KAI kini tengah melakukan uni dinamis atau pengujian sarana para saat kereta berjalan bersama PT INKA.
“Sejauh ini semua berjalan lancar. Tidak ada kendala tersebut,” ujar Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus saat dihubungi Tempo pada Rabu, 13 Oktober 2021.
Sebelumnya dikabarkan terjadi masalah sistem persinyalan pada LRT Jabodebek sehingga menyebabkan target operasional LRT Cibubur-Cawang molor. Keterlambatan proyek disebut-sebut dapat menyebabkan pembengkakan nilai investasi.
Beberapa waktu lalu, KAI diusulkan menerima PMN 2021 sebesar Rp 2,7 triliun agar proyek LRT ini cepat selesai. Joni mengklaim saat ini jadwal pengoperasian LRT masih sesuai jadwal. LRT yang menghubungkan 18 stasiun akan beroperasi pada pertengahan 2022.
Pada September lalu, pembangunan prasarana LRT Jabodebek mencapai 94,36 persen. Pembangunan untuk lintas pelayanan I Cawang- Harjamukti sudah mencapai 98,98 persen, lintas pelayanan II Cawang - Dukuh Atas sebesar 90,7 persen, dan lintas pelayanan III Cawang - Jatimulya 91,8 persen.
Adapun pembangunan akses stasiun telah menyentuh 42,71 persen, konstruksi depo telah mencapai 51,39 persen, sarana mencapai 64,70 persen, dan integrasi mencapai 35,49 persen.
Setelah beroperasi, LRT akan melewati Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang. Kemudian, Stasiun TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jatimulya.
Stasiun LRT terdiri atas dua tipe, yaitu tipe interchange station, seperti Stasiun Cawang, dan tipe typical station untuk 17 stasiun lainnya. Perbedaan dari tipe stasiun ini adalah jumlah jalur, luas stasiun, dan fasilitas tambahan yang ada di dalamnya.
Baca: Faisal Basri Sebut Luhut sebagai Juru Bicara Investor Asing