TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN Tbk mengurangi proses pengajuan kredit dari semula 7-8 hari menjadi 2-3 hari ini. Waktu pengajuan ini ditargetkan bakal terus berkurang seiring dengan implementasi credit scoring menggunakan teknologi.
"Tahun depan kami berharap pesetujuan di hari yang sama, debitur akan dapat melakukan approval kredit," kata Direktur Risk Management and Transformation Bank BTN Setiyo Wibowo dalam keterangan resmi, Minggu, 10 Oktober 2021.
Saat ini, kata dia, proses bisnis di BTN sudah 50 persen digital. Biro kredit pun sudah menggunakan layanan robotik dan tidak perlu ditelepon lagi. Sehingga, hal ini menunjang proses pengajuan kredit yang lebih cepat.
Selain itu, waktu proses kredit juga bisa dipangkas setelah BTN telah melakukan sentralisasi operation. Dari sebelumnya ditangani kantor cabang, sekarang digantikan enam kredit center di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan target pemangkasan waktu pengajuan kredit ini, BTN menargetkan penyaluran pembiayaan perumahan mencapai 1,2 juta dalam periode 2021-2025. "Langkah ini untuk mengurangi selisih antara kebutuhan rumah dan persediaan atau backlog perumahan di Indonesia," kata Bowo.
Selain pemangkasan waktu pengajuan kredit, BTN juga mengincar peringkat sebagai The Best Mortgage Bank di Asia Tenggara pada 2025. Pasalnya pangsa pasar kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia masih terbuka dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.
Menurut Bowo, suatu bank dikatakan sebagai mortgage bank bila memiliki portofolio KPR setidaknya 40 persen dari total penyaluran kredit. Di kawasan Asia Tenggara, baru ada DBS Group dan CIMB Group yang cukup kuat di segmen ini.
Bowo menyebut BTN lebih baik dari DBS dan CIMB dari sisi pertumbuhan aset, Hanya saja, perseroan masih kalah dari kualitas dan return on equity (RoE), serta net interest margin (NIM).
BTN pun menargetkan RoE bisa terus meningkat hingga 2025 pada kisaran 16 sampai 18 persen. Salah satu lewat penurunan biaya dana dengan menggenjot perolehan dana murah hingga dua kali lipat pada 2025.
BACA: Alasan BTN Tutup 29 Outlet Tahun Ini