TEMPO.CO, Jakarta - Peternak ayam pedaging dan petelur dari berbagai daerah berencana menggelar protes di Istana Negara, menyikapi situasi industri perunggasan. Sejak awal tahun, harga jual hasil peternakan unggas seperti telur ayam kerap berada di bawah harga acuan yang ditetapkan.
“Memang benar. Rencananya aksi 11 Oktober nanti di Istana Negara,” kata Ketua Bidang Layer Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Leopold Halim, Jumat, 8 Oktober 2021.
Leopold mengatakan aksi protes merupakan buntut dari harga jual produk unggas yang memburuk dalam dua bulan terakhir. Sebagai contoh, harga telur di tingkat peternak kini dijual di kisaran Rp 15 ribu per kilogram (kg) atau di bawah harga acuan Rp 19 ribu per kg sampai Rp 21 ribu per kg.
Di sisi lain, biaya produksi telah menyentuh Rp 21 ribu per kg, imbas dari harga pakan yang naik. “Sejak awal tahun ini kondisinya sudah tidak bagus. Situasi terparah dalam dua bulan ini. Harga telur jauh dan harga pakan naik terus. Semua peternak gerah dan harus nombok banyak. Ada beberapa yang sudah tutup dan bangkrut,” katanya.
Koperasi Peternak Kendal sebelumnya mewanti-wanti akan mengepung Istana Negara apabila harga telur di pasar tidak kembali pulih. Peringatan itu disampaikan Ketua Koperasi Peternak Kendal Suwardi kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan saat satu sesi dalam dialog agribisnis yang diadakan oleh Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia secara daring pada Rabu lalu.
“Kondisi kami sudah sangat parah, mungkin dalam waktu dekat Istana mau dikepung dengan telur dan ayam,” kata Suwardi.
Selama kenaikan harga jagung untuk pakan, Koperasi Peternak mencatatkan kerugian mencapai Rp 3,72 miliar sejak triwulan pertama tahun ini. Suwardi mengatakan kerugian itu disebabkan karena pemerintah tidak mampu menstabilkan harga jagung pakan yang menjadi komponen utama biaya produksi peternak.
Baca juga: Harga Telur Ayam Jeblok, Peternak Cerita Kelimpungan karena Harga Pakan Melonjak