Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Riset AidData: Indonesia Punya Utang Tersembunyi kepada Cina Rp 247 T

image-gnews
Ilustrasi utang. Pexels/Mikhail Nilov
Ilustrasi utang. Pexels/Mikhail Nilov
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah riset yang dirilis oleh AidData mencatat kebangkitan 'utang tersembunyi' dari Cina kepada sejumlah negara seiring dengan strategi Belt and Road Initiative yang digagas pemerintah Negeri Tirai Bambu.

“Utang yang tidak dilaporkan ini bernilai sekitar US$385 miliar dan masalah utang tersembunyi semakin memburuk dari waktu ke waktu,” ujar Direktur Eksekutif AidData Brad Parks, Rabu, 29 September 2021. Riset tersebut menyoroti utang tersembunyi sejumlah negara pada periode 2000-2017.

AidData adalah laboratorium penelitian pengembangan internasional yang berbasis di William & Mary's Global Research Institute. Adapun laporan berjudul Banking on the Belt and Road disusun dengan menganalisis data yang mencakup 13.427 proyek di 165 negara senilai US$843 miliar. Proyek-proyek ini dibiayai oleh lebih dari 300 lembaga pemerintah dan badan-badan milik negara Cina.

Berdasarkan laporan AidData tersebut, besar utang tersembunyi Indonesia kepada Cina mencapai US$ 17,28 miliar (setara Rp 247,10 triliun, kurs Rp 14.300 per dolar AS) atau sebesar 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto.

Di wilayah Asia Tenggara, sejumlah negara tercatat memiliki persentase utang tersembunyi kepada Cina terhadap PDB yang lebih besar daripada Indonesia. Misalnya saja Vietnam 2,8 persen PDB, Myanmar 7,2 persen PDB, Brunei Darussalam 13,5 persen, dan Laos 35,4 persen PDB.

Selain utang tersembunyi, laporan tersebut mencatat Indonesia juga telah menerima pinjaman sebesar US$ 4,42 miliar dari Cina melalui skema Official Development Assistance dan pinjaman US$ 29,96 miliar melalui skema Other Official Flows.

Yang dimaksud dengan utang tersembunyi dalam riset tersebut adalah utang yang kepada negara berkembang bukan melalui pemerintahan negara peminjam. Secara umum, riset yang dirilis akhir bulan lalu itu menunjukkan bahwa sejak dicanangkannya BRI, 70 persen utang luar negeri Cina sekarang diberikan ke perusahaan milik negara, bank milik negara, special mission vehicles, usaha patungan, dan lembaga sektor swasta di negara penerima.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Utang ini, sebagian besar, tidak muncul di neraca pemerintah masing-masing negara. Namun, kebanyakan dari penerima utang mendapat manfaat melalui jaminan atau perlindungan pemerintah, secara eksplisit maupun implisit.

"Ini telah mengaburkan perbedaan antara utang swasta dan publik dan menciptakan tantangan manajemen keuangan publik yang besar bagi negara-negara berkembang," tulis publikasi tersebut.

Penelitian itu pun menemukan bahwa 42 negara sekarang memiliki tingkat eksposur utang publik ke Cina lebih dari 10 persen dari PDB. Mereka juga menemukan bahwa utang-utang ini secara sistematis tidak dilaporkan ke Sistem Pelaporan Debitur Bank Dunia (DRS). Pasalnya, dalam banyak kasus, pemerintah di negara-negara tersebut sama sekali bukan peminjam utama yang bertanggung jawab untuk membayar utang tersebut.

Brad Parks mengatakan tantangan dalam mengelola utang tersembunyi itu bukan tentang pemerintah yang mengetahui bahwa mereka perlu membayar utang yang tidak diungkapkan kepada Cina dengan nilai moneter yang diketahui.

Melainkan, kata dia, tentang pemerintah yang tidak mengetahui nilai moneter utang ke Cina yang mungkin atau tidak mungkin harus dibayar di masa depan.

Baca Juga: Profil 6 BUMN dengan Utang Jumbo, Ada yang Hampir Rp 500 Triliun

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dagang Sapi Kabinet Prabowo

2 jam lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.


Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

3 jam lalu

Huawei Nova 12. gsmarena.com
Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC


Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

6 jam lalu

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Sarah Silbiger
Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

Antony Blinken menyerukan pada Cina agar memberikan kesempatan yang sama pada para pelaku bisnis dari Amerika Serikat di Cina.


Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

14 jam lalu

Menko Marves Luhut Pandjaitan mengunggah sejumlah foto ketika bersama Menlu Cina Wang Yi sebelum memulai Dialog Tingkat Tinggi dan Mekanisme Kerja Sama Keempat Indonesia-China (HDCM) di Labuan Bajo, Sabtu, 20 April 2024. Instagram
Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.


Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

14 jam lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Pengamat dari MTI membeberkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses ketimbang Jakarta-Bandung.


Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

1 hari lalu

Gedung Kementerian Keuangan atau Kemenkeu. Dok TEMPO
Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.


Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

1 hari lalu

Cuplikan video padi di gurun Dubai, yang dikembangkan CIna,  7 April 2024 (Asia Hot Topics)
Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.


Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

1 hari lalu

Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Diubah
Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

Luhut menggadang-gadang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina. Berikut perbedaan spesifikasi dan lainnya dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung.


Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

1 hari lalu

Sejumlah buruh tani menanam benih padi. TEMPO/Budi Purwanto
Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.


Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

2 hari lalu

Cina akan garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

Indonesia kembali menggandeng Cina di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jangan sampai menggunakan APBN lagi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.