Dari dua penyebab ini, total tambahan anggarannya KL berjumlah sekitar Rp 5,2 triliun. Sehingga, alokasi belanja KL tahun depan menjadi sebesar Rp 945 triliun.
Karena total belanja tahun depan naik Rp 6,3 triliun, maka ada tambahan lain untuk non-KL sebesar Rp 1 triliun lebih menjadi Rp 998 triliun. Fauzi tidak merinci penyebab tambahan belanja non-KL. Ia hanya merinci penggunaan belanja Rp 998 triliun ini.
Pertama untuk pengelolaan utang negara sebesar Rp 450 triliun. Di dalamnya ada untuk pembayaran bunga utang dalam negeri Rp 393 triliun dan luar negeri Rp 12 triliun.
Kedua untuk pengelolaan subsidi sebesar Rp 206 triliun. Di dalamnya ada subsidi energi Rp 134 triliun dan subsidi non-energi (pupuk sampai bunga kredit) Rp 72 triliun.
Ketiga untuk pengelolaan hibah negara Rp 4,8 triliun. Keempat untuk pengelolaan belanja lainnya Rp 213 triliun. Kelima untuk pengelolaan transaksi khusus yaitu Rp 150 triliun.
Baca juga: Jokowi Siapkan Belanja Negara Rp 2.708,7 T di 2022, Ini Rinciannya