TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah tengah mempersiapkan rencana ekspor energi listrik hingga 300 megawatt (MW) melalui transmisi bawah laut 400 kilo volt (kV) ke kawasan Asia Tenggara. Nantinya, listrik yang akan diekspor tersebut dihasilkan dari energi baru terbarukan (EBT).
Adapun rencana itu dikemukakan usai =pemerintah membahas pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung sebesar 2,2 gigawatt peak (GWp) di Waduk Duriangkang, Batam, Kepulauan Riau.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Basilio Dias Araujo menjelaskan, target pencapaian bauran energi masih menghadapi banyak tantangan.
“Masih dominannya penggunaan energi fosil dan regulasi yang belum kondusif membuat kita masih perlu upaya ekstra untuk mencapai target 2025,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 28 September 2021.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan penggunaan energi terbarukan, pemerintah lewat BP Batam menandatangani MoU dengan Sunseap Group untuk pembangunan PLTS dan ekspor listrik.
Dalam nota kesepakatan itu tidak disebutkan negara mana yang akan menjadi tujuan ekspor listrik dari sumber EBT tersebut.
Tapi kemungkinan salah satu importir energi listrik itu adalah Singapura. Hal ini terlihat dari asal Sunseap Group sebagai perusahaan penyedia energi bersih di Singapura.