TEMPO.CO, Jakarta - Financial Planner PT Solusi Finansialku Indonesia (Finansialku.com) Rizqi Syam menyatakan tak jarang masyarakat menganggap remeh proteksi kesehatan dan langsung mengalokasikan dana yang dimiliki untuk investasi. Akibatnya, ketika jatuh sakit, mereka kebingungan mencari dana dan akhirnya ada yang menggunakan pinjaman online atau pinjol untuk membiayai pengobatan.
Rizqi pernah menemui kliennya yang bercerita tengah frustasi terjerat pinjol ilegal untuk menutupi biaya kesehatan ayahnya. Mendapatkan uang dari pinjol saat itu dinilai sebagai pilihan yang tepat karena syaratnya sangat mudah dan waktu pencairan dananya relatif lebih singkat ketimbang mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan dan bank.
"Ada yang tergoda melirik pinjaman yang paling mudah, pinjol ilegal salah satunya," kata Rizqi, dalam diskusi virtual yang dikutip Senin, 27 September 2021. Tapi masalah kemudian timbul jika utang ke pinjol tersebut tak segera dilunasi, mulai dari bunga yang mencekik hingga debt collector yang tidak sopan.
Oleh karena itu, ia mengingatkan dalam piramida perencanaan keuangan, produk asuransi sebagai salah satu langkah manajemen risiko memiliki segitiga proteksi. Asuransi kesehatan sangat penting karena di kala sakit, pasti ingin segera sembuh dan mau pengobatan yang terbaik berapa pun harganya.
"Apa masih memikirkan aset sedang naik atau turun, dan bagaimana menjualnya? Pasti tidak. Maka, proteksi ini penting buat kenyamanan," tutur Rizqi.
Ia lalu menjelaskan pada umumnya piramida perencanaan keuangan yang paling awal adalah pengelolaan cash flow. Layer kedua adalah ketersediaan dana darurat. Berikutnya, layer ketiga adalah proteksi. Setelah itu layer berisi pos investasi, dana pensiun, dan terakhir distribusi warisan.
"Beberapa klien saya lihat sering melewatkan layer ketiga, menganggap remeh proteksi atau transfer risiko, langsung lari ke investasi," ucap Rizqi. "Padahal setelah terjadi sesuatu dan biaya rumah sakit membengkak, sebanyak apapun dana darurat dan investasi kita bisa habis nanti."