TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan OJK mendapati generasi muda merugi karena teperdaya janji-janji manis yang dilontarkan influencer saat berinvestasi.
"Generasi muda umumnya suka mengikuti tren dan sering kali meniru apa yang dilakukan tokoh idolanya atau influencer di media sosial," kata Tirta dalam diskusi virtual, Senin, 27 September 2021. Namun, pemahaman generasi muda tentang produk keuangan yang dibeli kurang.
Dia menuturkan tingkat literasi keuangan generasi milenial usia 26-35 tahun sebesar 49 persen. Nilai itu lebih tinggi dari rata-rata nasional yang 38 persen. Tapi angka itu masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat inklusi atau akses keuangan mereka yang mencapai 82 persen.
"Gap yang cukup dalam menunjukkan generasi muda sudah mengakses layanan keuangan, tapi tidak dibekali literasi keuangan yang memadai," ujarnya.
Tirta juga mengatakan para pemuda lebih rentan dari sisi keuangan. Dia mengatakan generasi muda umumnya belum berpenghasilan cukup dan bila memiliki uang lebih banyak dihabiskan untuk kesenangan, dibandingkan dengan menabung atau berinvestasi.
Dia melihat kebanyakan para pemuda tidak mempersiapkan dana darurat, karena kurang pemahaman mengenai literasi keuangan. Sementara ini pandemi Covid-19 menyadarkan akan pentingnya memperkuat ketahanan keuangan atau memiliki cadangan dana darurat.
"Karena itu literasi keuangan untuk kaum muda sangat penting," ujar dia.
Menurut anggota Dewan Komisioner OJK itu, untuk membawa Indonesia mencapai visi Indonesia 2045, program edukasi keuangan dan pemberdayaan generasi muda menjadi penting dan krusial dilakukan.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: OJK Tutup 1.500 Fintech Ilegal selama Pandemi, Banyak Aduan Pencurian OTP Bocor