TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menargetkan kabel listrik bawah laut Sumatera-Pulau Bangka bisa rampung Desember 2021. Proyek dengan nilai investasi Rp 1,9 triliun ini punya sederet manfaat, salah satunya menghemat biaya operasi di perusahaan plat merah ini.
"Mencapai Rp 1,4 triliun," kata Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Wiluyo Kusdwiharto, dalam keterangan resmi, Kamis, 23 September 2021.
Selain itu, Wiluyo menyebut kabel listrik ini bakal menghentikan pengoperasian 5 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 65 megawatt (MW). Sehingga, hal ini akan meningkatkan efisiensi penggunaan BBM sebesar 186 juta liter.
Selain itu, kabel listrik ini juga menekan emisi sebesar lebih dari 221 ribu ton CO2 per tahunnya. Lalu yang terpenting, kata dia, pasokan listrik di Bangka bakal semakin andal.
Sebelumnya, pembangunan kabel listrik ini sudah dimulai sejak 2020. Kabel listrik ini merentang sepanjang 36 kilometer sirkuit (kms).
Saat ini, Wiluyo menyebut total daya mampu pembangkit di Bangka mencapai 187,7 megawatt (MW), dengan beban puncak 174,9 MW. Dengan kehadiran kabel listrik ini, maka Bangka akan mendapat tambahan pasokan listrik sekitar 109 megavolt-ampere (MVA).
Selain itu, keberadaan kabel listrik ini disebut akan memangkas biaya pokok produksi (BPP) di Bangka. Sebab listrik dari pembangkit-pembangkit berbiaya murah di Sumatera dapat disalurkan ke Pulau Bangka.
Dari total kapasitas pembangkit 248 MW, saat ini pasokan listrik di Bangka masih didominasi PLTD. Maka setelah ini, BPP Bangka bakal turun hingga 57 persen dari Rp 2.454 per kilowatt hour (kWh) menjadi Rp 1.054 per kWh.
Wiluyo berharap infrastruktur baru ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Bangka. Sebab dengan beroperasinya kabel listrik ini, PLN bisa meningkatkan pelayanan. "Terutama untuk mengakomodir permintaan pelanggan industri pada sektor perikanan" kata Wiluyo.
Baca juga: PLN, Bukit Asam, dan KAI Sepakat Amankan Pasokan Batu Bara untuk Listrik