Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan pembiayaan anggaran dari utang pada Agustus 2021 mencapai Rp 550,6 triliun. Capaian itu adalah 56,8 persen dari target pembiayaan utang di Undang-undang APBN yang mencapai Rp 1.177,4 triliun.
"Jadi jauh lebih kecil dari yang ditargetkan. Pembiayaan utang kita juga pertumbuhannya negatif, yaitu minus 20,5 persen," kata Sri Mulyani.
Apabila dilihat lagi, penerbitan Surat Berharga Negara alias SBN Neto hingga Agustus tahun ini mencapai Rp 567,4 triliun atau 47 persen dari target sebesar Rp 1.207,3 triliun.
Sri Mulyani mengatakan rendahnya penerbitan SBN neto dibandingkan targetnya terjadi lantaran adanya penyesuaian target. Pasalnya, dalam membiayai anggaran, pemerintah menggunakan sisa anggaran lebih tahun lalu.
"Yang dikatakan DPR dan pengamat bahwa kita punya SAL, ini digunakan pada saat seperti sekarang," kata Sri Mulyani.
Di samping penggunaan SAL, Sri Mulyani mengatakan menyesuaikan target penerbitan SBN juga dilakukan karena adanya penyesuaian investasi, adanya kesepakatan pemerintah dan Bank Indonesia dalam SKB III, serta proyeksi penyesuaian defisit APBN.
Baca: Cucu Usaha Garuda Indonesia Digugat Rp 11,16 Miliar di PN Jakarta Pusat