TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah perusahaan teknologi finansial atau fintek, termasuk pinjaman online marak muncul di tengah percepatan pertumbuhan keuangan digital. Beberapa perusahaan fintek pun telah mengantongi izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Belakangan ini OJK mencatat ada tujuh perusahaan peer to peer landing yang baru saja memperoleh izin. Ketujuh entitas itu adalah PT Finansia Aira Teknologi, PT Fidac Inovasi Teknologi, PT Qazwa Mitra Hasanah, PT Doeku Peduli Indonesia, PT Aktivaku Investama Teknologi, PT Mulia Inovasi Digital, dan PT Akur Dana Abadi.
Namun tren munculnya perusahaan fintek dan pinjaman online dinilai harus tetap disikapi dengan kewaspadaan. Sebab, ada beberapa risiko yang harus dihindari oleh masyarakat, seperti jebakan bunga tinggi dan maraknya pinjaman online ilegal. Pinjaman pun mesti diajukan dengan penuh pertimbangan.
Lantas siapa saja yang sebaiknya mengajukan pinjaman online (pinjol) dan apa tip agar tidak terjebak risiko keuangan?
Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, mengatakan masyarakat yang mengajukan pinjaman online adalah mereka yang membutuhkan uang tunai atau cash pada waktu yang tidak tepat. Selain itu, mereka yang mengajukan pinjaman adalah masyarakat yang tidak memiliki dana cadangan, namun memiliki kebutuhan sangat mendesak.
“Misalnya gajian masih tanggal 25, tapi mereka butuh sekarang. Mau tidak mau mereka pinjam dulu,” ujar Eko saat dihubungi pada Senin, 20 September 2021.
Menurut Eko, keberadaan perusahaan pinjaman online resmi penting untuk sebagai alternatif. Pinjaman online resmi dianggap sangat membantu karena syarat pengajuannya mudah dan angka pinjamannya relatif sesuai bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.
Namun sebelum mengajukan pinjaman, Eko mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, masyarakat harus mempelajari secara detail syarat, aturan, dan risiko kerugian saat mereka meminjam di perusahaan tertentu. Ia juga mengimbau masyarakat mengecek legalitas perusahaan pemberi pinjaman tersebut.