Kedua, pembangkit listrik yang akan dibangun hanya yang berbasis pada energi terbarukan. Kelihatannya pilihan ini sangat sederhana, kata Arcandra, tapi ada dampaknya bagi industri dan masyarakat.
Saat ini, ia menyebut kebanyakan PLTU yang sedang beroperasi belum sampai pada tingkat pengembalian modal yang direncanakan. Artinya, pensiun dini berarti kerugian bagi investor. Untuk itu, jalan yang mungkin ditempuh adalah pensiun setelah balik modal.
Di luar itu, masih ada masalah lain dengan penggunaan PLTU berbasis batu bara yang mencapai 39 persen ini. Dari sisi teknikal, butuh smart grid, ketersediaan energi yang terus menerus, hingga baterai untuk back-up.
Dari aspek komersial, tantangannya adalah harga yang lebih tinggi dan lahan yang belum tentu tersedia (untuk pembangkit listrik tenaga surya). Dengan penggunaan energi terbarukan, diperkirakan tarif listrik akan naik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
"Pertanyaan selanjutnya sudah siapkah warga masyarakat dunia dan pelaku usaha untuk membayar tarif listrik yang lebih tinggi?"
Tantangan lainnya yaitu alternatif bagi industri baja dan semen, selain batu bara. "Pilihan apa lagi yang mungkin bisa dilakukan selain pensiun dini untuk tetap menggunakan batubara, namun tidak merusak lingkungan?"
Berbagai pertanyaan ini diajukan Arcandra di tengah pilihan sulit untuk meninggalkan batu bara tersebut. Tapi, Ia berjanji masih akan memberikan pandangan lebih lanjut mengenai isu ini ke depannya.
Baca Juga: Arcandra Tahar Cerita Sulitnya Meninggalkan Penggunaan Batu Bara