TEMPO.CO, Jakarta - Real Estat Indonesia (REI) meminta pemerintah menyediakan alternatif pengadaan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap yang lebih murah agar tidak membebani pengembang dan konsumen di sektor properti.
Paulus Totok Lusida, Ketua Umum DPP REI, mengatakan mahalnya harga PLTS atap di dalam negeri menjadi salah satu kendala bagi pengembang untuk menyematkan fasilitas itu di produk huniannya.
“Kalau mengadakan sendiri atau pengembang beli sendiri tentu hitung-hitungannya jadi besar. Keperluan PLTS atap untuk satu properti hunian masih mahal, sehingga kurang begitu diminati para end user, sedangkan kami bangun rumah sesuai permintaan end user,” katanya dikutip Minggu, 19 September 2021.
Totok menuturkan, harga PLTS atap saat ini berkisar Rp 14 juta per unit, sehingga membuat pengembang merasa berat untuk menerapkannya. Meski begitu, pengembang perumahan nonsubsidi dan hunian menengah atas di Jabodetabek sudah banyak yang menyematkan PLTS atap di produknya.
Dia pun berharap pemerintah mau turun tangan langsung untuk mengatur agar harga PLTS atap di dalam negeri, sehingga pengembang bisa memanfaatkannya secara optimal.
“Untuk menurunkan harga PLTS atap bisa dengan meningkatkan TKDN atau dengan bantuan pemerintah yang selama ini ada. Saya sudah beri alternatif ke pemerintah bahwa PLTS Atap bisa dibangun dengan menggunakan dana PSU (prasarana, sarana dan utilitas). Jadi dialihkan ke energi terbarukan, mestinya sih bisa,” katanya.