TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengklaim Korea Selatan minat berinvestasi di Indonesia untuk proyek baterai kendaraan listrik karena berbagai faktor. Satu di antaranya regulasi investasi di dalam negeri semakin mudah dan minim pungutan liar.
“Kami berikan ruang yang baik (bagi investor). Izin-izin semuanya kita bantu urus. Sekarang tidak ada lagi tukang palak. Yang main-main di tikungan sudah kami libatkan BPKP,” ujar Bahlil dalam konferensi pers virtual, Jumat, 17 April 2021.
Dua perusahaan besar asal Korea Selatan, LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group, baru saja merealisasikan investasi untuk proyek pabrik baterai listrik di Karawang. Pabrik akan dibangun mulai September 2021 dengan nilai investasi US$ 1,1 miliar dan kapasitas 10 gigawatt hour (GWH).
Bahlil mengatakan selain kemudahan investasi, Korea Selatan berminat menanam modal ke dalam negeri karena pasar mobil di Indonesia termasuk yang terbesar di Asia. Indonesia merupakan pangsa bagi 48 persen industri otomotif.
Kemudian, Indonesia memiliki cadangan terbesar untuk bahan baku pembuat baterai mobil listrik, yakni nikel. Kandungan tersebut tak dimiliki negara lain. Dengan demikian bila pabrik baterai listrik di bangun di Indonesia, produksinya akan lebih efisien.
Tak hanya itu, Bahlil melanjutkan, Indonesia memberikan pelbagai insentif bagi investor yang berniat menanamkan modalnya. “Maka pasti seluruh investor pingin masuk ke Indonesia khususnya untuk baterai mobil. Apalagi Eropa pada 2030 sudah memperkirakan 30 persen mobil mereka berbasis kendaraan listrik,” kata Bahlil.