Justin Sandefur dari Center for Global Development, yang banyak menulis tentang masalah dalam metodologi laporan Kemudahan Berbisnis, mengatakan semua pihak perlu mendengar sisi cerita dari Georgieva.
"IMF bertugas memantau integritas data makroekonomi dan keuangan internasional, dan keterlibatan pimpinan IMF dalam manipulasi data adalah tuduhan yang cukup memberatkan," katanya. "Itu memang tampak seperti pukulan pada kredibilitas mereka."
Laporan tersebut memeringkat negara-negara berdasarkan peraturan bisnis dan reformasi ekonomi mereka, dan telah menyebabkan pemerintah berebut tempat yang lebih tinggi untuk menarik investor.
Menurut penyelidikan independen dari firma hukum WilmerHale, Beijing mengeluh tentang peringkatnya di posisi ke-78 dalam daftar Kemudahan Berbisnis pada 2017. Laporan untuk 2018 pun diperkirakan menunjukkan Beijing turun lebih jauh.
Staf Bank Dunia yang berbasis di Washington sedang mempersiapkan edisi 2018 sementara para pemimpin tengah terlibat dalam negosiasi sensitif untuk meningkatkan modal pinjamannya, yang bergantung pada kesepakatan dengan Cina dan Amerika Serikat.
Dalam minggu-minggu terakhir sebelum laporan itu dirilis pada akhir Oktober 2017, Presiden Bank Dunia Jim Kim dan Georgieva meminta staf untuk memperbarui metodologi sehubungan dengan Cina, menurut penyelidikan firma hukum WilmerHale yang diminta oleh komite etik Bank Dunia.
Kim membahas peringkat Kemudahan Berbisnis dengan pejabat senior Cina yang kecewa dengan peringkat Cina. Para pembantu Kim pun mengangkat masalah bagaimana meningkatkannya, menurut ringkasan penyelidikan yang dirilis Bank Dunia.
Hal ini dianggap sebagai salah satu prestasi Kim bahwa dia menggiring kesepakatan untuk peningkatan US$ 13 miliar sumber daya Bank Dunia. Tawar menawar itu membutuhkan dukungan dari presiden AS pada saat itu Donald Trump, yang menentang pinjaman lunak ke Cina, dan dari Beijing, yang setuju untuk membayar lebih banyak untuk pinjaman.