TEMPO.CO, Jakarta - Grup Salim dikabarkan sedang menjajaki pinjaman bank senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.253 per dolar AS) untuk mendanai ekspansi infrastruktur digital termasuk data center.
Seorang sumber yang mengetahui hal tersebut menyebutkan data center Grup Salim bakal mengelola data milik pelanggan, termasuk para penambang cryptocurrency. “Grup Salim sedang mencari pembiayaan untuk membangun dan mengoperasikan pusat data di kawasan industrinya,” kata sumber seperti dikutip dari bisnis.com, Kamis, 16 September 2021.
Sebelumnya, perusahaan yang dikendalikan oleh Anthoni Salim ini berencana menanamkan investasi senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun per kawasan industri.
PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) tengah membangun proyek H2 yakni pusat data hyperscale di kawasan industri milik Grup Salim. Perseroan fokus pada persiapan untuk pengoperasian H2, dan perusahaan dapat berkolaborasi lebih lanjut dengan Grup Salim untuk membangun dan mengoperasikan lebih banyak data center di kawasan industri yang dimilikinya.
Saat ini bisnis Grup Salim menggurita makin luas dan beragam. Mulai dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) hingga First Pacific Co. yang terdaftar di Hong Kong, yang pada gilirannya memegang saham di PLDT Inc., sebuah perusahaan telekomunikasi dan penyedia layanan digital di Filipina.