TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyatakan kinerja penjualan eceran pada Agustus 2021 diprediksi masih mengalami kontraksi 0,1 persen (year on year). Meski demikian, kinerja secara tahunan ini sudah membaik dari Juli 2021 yang terkontraksi 2,9 persen yoy.
"Hal ini ditopang oleh perbaikan kinerja di hampir semua kelompok, terutama kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, makanan, minuman dan tembakau yang tercatat positif," kata BI dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 9 September 2021.
Selain itu, kinerja penjualan eceran Agustus 2021 juga diperkirakan sebesar 196,5 atau tumbuh 4,3 persen (month to month). Perbaikan kinerja bulanan ini ditopang oleh hampir semua kelompok.
Mulai dari kelompok suku cadang dan aksesoris, perlengkapan rumah tangga lainnya, dan bahan bakar kendaraan bermotor. Responden pun menyampaikan prakiraan peningkatan tersebut sejalan dengan mobilitas yang mulai membaik. "Seiring dengan relaksasi pembatasan aktivitas masyarakat dan permintaan domestik yang meningkat," tulis bank sentral.
Meski demikian, perbaikan kinerja bulanan sebenarnya sudah terlihat sejak dua bulan terakhir. Pada Juni 2021, penjualan eceran mengalami kontraksi hingga minus 12,8 persen (mtm).
Lalu pada Juli 2021, kontraksinya berkurang menjadi minus 5 persen (mtm). Sumber penopangnya tak jauh beda, yaitu makanan-minuman, dan tembakau. Saat itu, responden pun menyampaikan permintaan masih cukup baik karena penjualan online ikut meningkat.
Sementara dari sisi harga, responden memperkirakan tekanan inflasi pada Oktober 2021 dan Januari 2022 bakal meningkat. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) pada Oktober 2021 sebesar 123, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, IEH Januari 2022 sebesar 134,2, lebih tinggi dari IEH pada bulan sebelumnya sebesar 129,3. "Responden menyatakan hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku," tulis Bank Indonesia.
Baca juga: BI Sebut Dana dari IMF Rp 90 T Bukan Utang, Ini Penjelasannya