TEMPO.CO, Jakarta - Apabila berkunjung ke Kota New York, tak lengkap rasanya apabila tidak mengunjungi Time Square. Distrik persimpangan jalan yang dipenuhi dengan reklame berkilauan tersebut identik dengan biaya iklan yang tinggi. Hal tersebut tidak terlepas dari kontribusi Time Square terhadap perekonomian Kota New York, bahkan perekonomian global.
Dilansir dari investopedia.com, daerah Time Square yang hanya mencakup 0,1 persen dari total wilayah New York ternyata menyumbang 10 persen dari total perekonomian Kota tersebut. Bahkan, seperti dilansir dari observer.com, jumlah total dari penghasilan ekonomi Kota New York pada 2007, yang mencapai 53 miliar dolar AS, mampu melebihi kombinasi dari GDP Bolivia dan Panama pada 2006. Jumlah tersebut bahkan semakin meningkat hingga hari ini.
Kekuatan ekonomi yang cukup fantastis tersebut memiliki sejarah yang panjang. Area persimpangan jalan Time Square pada awalnya bernama Longacre Square. Dilansir dari britannica.com, Longacre Square pada waktu itu dikenal akan reputasi buruknya sebagai tempat bisnis gelap pada 1890-an. Meskipun demikian, pada awal abad ke-19, Longacre Square juga dikenal sebagai pusat perdagangan dan bisnis perumahan.
Nama Longacre Square mulai berubah menjadi Time Square pada 1904. Dilansir dari nyctourist.com, perubahan nama tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran salah satu surat kabar terbesar di Amerika Serikat, yakni The New York Times.
Kala itu, Albert Ochs, Kepala Publikasi The New York Times, memutuskan untuk memindahkan kantor surat kabar tersebut ke sebuah gedung pencakar langit di daerah Longacre Square. Nama persimpangan jalan tersebut pun berubah menjadi Time Square karena keberadaan bangunan pencakar langit yang menjadi kantor The New York Times. Bahkan, ketika The New York Times pindah kantor ke Broadway pada 1913, nama Time Square tetap bertahan hingga hari ini.
Intensitas aktivitas ekonomi yang tinggi mulai tumbuh seiring dengan perubahan nama Longacre Square. Perpindahan kantor The New York Times membuat para pengusaha AS melirik wilaya Time Square. Dilansir dari timessquarenyc.org, mereka tertarik dengan tingginya intensitas pejalan kaki yang melewati Time Square tiap harinya.
Hal tersebut tidak terlepas dari fakta bahwa Time Square merupakan wilayah pertemuan tiga jalan besar di AS, yakni Seventh Avenue, Broadway, dan 42nd Street. Para pengusaha melihat kondisi tersebut sebagai peluang ekonomi yang besar. Kemudian, banyak hotel, toko, hingga teater film yang dibuka di wilayah tersebut.
Kondisi tersebut pun membuat citra wilayah yang kental dengan bisnis gelap pada 1890-an luntur bersamaan dengan hilangnya nama Longacre Square dari ingatan masyarakat umum. Berbagai reklame dengan biaya iklan fantastis pun datang menyusul pada abad 20-an seiring dengan meningkatnya perekonomian Time Square. Kini, persimpangan jalan tersebut telah bertransformasi menjadi ikon utama dari Kota New York.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Baca juga: Berapa Biaya Iklan di Billboard Time Square New York?