TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan pabrik baterai sel (cell battery) untuk kendaraan listrik dari konsorsium LG di Bekasi, Jawa Barat, akan dimulai 15 September 2021. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pembangunan ini adalah salah satu strategi untuk meningkatkan nilai tambah nikel yang jadi salah satu bahan baku.
"Jadi kami mau mulainya bukan dari hulu, tapi dari hilir," kata Bahlil dalam webinar di Jakarta, Rabu, 8 September 2021.
Sehingga, kata Bahlil, pemerintah mendorong pembangunan pabrik baterai sel terlebih dahulu, bukan smelter (pabrik pengolahan) nikel. "Karena kalau dari smelternya, tidak menutup kemungkinan, barang setengah jadi kita kirim," kata dia.
Awalnya, pemerintah melarang ekspor bijih nikel per 1 Januari 2020. Ini bagian dari rencana pemerintah membangun industri baterai kendaraan listrik di tanah air. Sehingga, produsen nikel kini mengirim produksi nikel mereka ke smelter.
Di sisi lain, proyek bateri kendaraan listrik pun dimulai setelah adanya MoU antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan konsorsium LG pada Desember 2020. Konsorsium ini terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG International, POSCO, dan Huayou Holding.
Mereka akan bermitra dengan IBC yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina, dan PT Perusahaan Listrik Negara. Lalu, IBC juga bermitra dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China.
Total nilai investasi dari proyek ini yaitu US$ 9,8 miliar. Pabrik pun akan dibangun di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah.