TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta Jepang segera menyesuaikan harga konstruksi untuk proyek kereta MRT fase 2 agar pembangunan bisa segera dilanjutkan. Dia mengatakan harga yang dipatok oleh kontraktor Jepang saat ini terlalu tinggi.
“Pada proyek MRT Fase 2, masih ada permasalahan pada harga penawaran yang terlalu tinggi dari kontraktor Jepang,” tutur Budi Karya dalam keterangan tertulis pada Ahad, 5 September 2021.
Budi Karya bertolak ke Jepang untuk bersamuh dengan pemerintah setempat dan stakeholder. Pertemuan dihadiri oleh Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang; Penasihat Khusus Perdana Menteri Jepang; Menteri Negara Urusan Luar Negeri Jepang; Mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuo Fukuda; Chief Executive Officer (CEO) Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Tadashi Maeda, serta beberapa pihak non-pemerintah Jepang lainnya.
Budi Karya ingin Jepang mempercepat pelaksanaan proyek infrastruktur transportasi di Indonesia, termasuk MRT. Dengan begitu, proyek-proyek yang dikerjasamakan antar-dua negara dapat selesai sesuai target waktu yang ditetapkan.
Pada 2020 lalu, PT MRT melaporkan pembangunan jalur MRT fase 2 akan menelan biaya investasi hingga tiga kali lipat untuk setiap kilometer dibandingkan dengan fase 1. Pada fase pertama, biaya investasi membutuhkan total Rp1 6 triliun untuk 16 kilometer atau Rp 1 triliun per kilometer.
Biaya investasi ditaksir lebih mahal karena fase 2 melewati area yang tanahnya tergolong lunak. Kondisi ini disebabkan lantaran tanah bercampur air laut dan adanya risiko penurunan muka air tanah di kawasan Jakarta Utara.
Selanjutnya, wilayah yang akan dilalui jalur MRT merupakan kawasan padat sehingga konstruksinya membutuhkan teknologi yang lebih canggih untuk mengakali keterbatasan lahan. Kemudian, pembangunan jalur ini juga memperhitungkan keberadaan sungai.
Apabila pembangunan pada fase pertama hanya memerlukan kedalaman sekitar 20 meter, di kawasan fase dua mencapai 30 meter. Pengerjaan MRT fase dua merentang hingga Kampung Badan sepanjang 8 kilometer dengan konstruksi lanjutan ke Ancol menjadi sepanjang 10 kilometer. Estimasi biaya yang dibutuhkan kala itu mencapai Rp 30 triliun.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS
Baca juga: Ke Jepang, Menhub Minta Kerja Sama MRT hingga Pelabuhan Patimban Dipercepat