Ia berpendapat investasi harus dilihat dari kacamata horizon waktu yang panjang. "(Fundamental) yang bagus dia tetap harganya di atas, yang jelek akan tetap di bawah. Dalam jangka panjang akan berkorelasi yang sempurna,” ucapnya.
Pernyataan itu menanggapi pertanyaan dari investor yang mengeluhkan harga saham yang memiliki fundamental yang bagus tidak mengalami kenaikan malah menurun di masa pandemi. Sebaliknya, justru saham dengan fundamental masih belum cukup jelas mengalami kenaikan harga saham yang fantastis.
Pria kelahiran Jakarta, 20 Februari 1959 ini pun tetap optimistis bahwa aliran value investing di antaranya dengan membeli saham di bawah nilai intrinsik bakal tetap menguntungkan. “Biasanya yang mengatakan value investing tidak relevan itu biasanya orang-orang sahamnya cuma sedikit, sehingga dia mengeluarkan statement,” ujarnya.
Selain itu, kata Lo Kheng Hong, tak jarang orang yang menyatakan hal tersebut malah namanya tidak pernah terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan. “Lihat latar belakangnya, sahamnya biasanya cuma sedikit, dan namanya tidak pernah terdaftar di annual report sebagai pemegang saham, pasti enggak terdaftar."
BISNIS
Baca: Kedubes AS di RI Buka Lowongan Kerja, Gaji Berkisar Rp 92 Juta - Rp 679 Juta