TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan pentingnya kemitraan antara usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dengan BUMN. Kemitraan diyakini dapat membuka akses pasar bagi pengusaha kecil dan memperluas cakupan produk-produk yang dihasilkan UMKM.
“Kemitraan UMKM dan BUMN dalam rantai pasok ini salah satu terobosan. Kalau tanpa kemitraan, nanti UMKM hanya bikin kerapak, keripik, kerupuk terus,” ujar Teten dalam penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Koperasi dan UKM yang ditayangkan secara virtual, Jumat, 3 September 2021.
Teten mengungkapkan saat ini ada sembilan perusahaan pelat merah yang telah meneken kerja sama rantai pasok dengan UMKM. Melalui kerja sama ini, UMKM dapat memenuhi kebutuhan perusahaan besar, seperti komponen, produk kesehatan, alat pertanian, makanan dan minuman, furnitur, produk potensial lainnya, hingga bahan baku.
Menurut Teten, kolaborasi antara UMKM dan perusahaan pelat merah atau industri besar harus diperkuat untuk meningkatkan rasio produk usaha kecil terhadap rantai pasok. Saat ini rasio produk UMKM Indonesia dalam rantai pasok nilai global tergolong sangat rendah, yaitu 6,3 persen.
Menyitir data Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO, Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang sebesar 46,2 persen. Indonesia juga di bawah Thailand dengan rasio 29,6 persen; Vietnam 20,1 persen; dan Filipina 21,4 persen.
Sejalan dengan kondisi tersebut, kontribusi ekspor UMKM Indonesia pun tergolong masih rendah, yaitu 14 persen. “Jauh dibandingkan Cina yang mencapai 70 persen dan Jepang 54 persen,” kata Teten.
Teten Masduki menginginkan UMKM Indonesia belajar dari Cina, Korea Selatan, dan Jepang. Ketiga negara itu sudah mengembangkan produk-produknya dengan basis kreativitas, inovasi, dan teknologi sehingga UMKM menjadi bagian rantai pasik industri global.
Baca juga: Erick Thohir Sebut Tugas Menteri Koperasi Teten Masduki Amat Berat, Mengapa?