TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menceritakan awal mula penggunaan aplikasi PeduliLindungi yang diinisiasi Kementerian BUMN dengan menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak tahun 2020 lalu. Namun ia menyebutkan pemerintah sebetulnya masih kikuk dan belum terbiasa dengan pelacakan dengan model terdigitalisasi seperti itu.
Sedangkan saat ini situasinya telah berubah drastis. “Awal diluncurkan aplikasi PeduliLindungi itu bukan hanya masyarakat yang bingung, kami di pemerintah pun juga belum terbiasa. Tapi, alhamdulillah, setelah satu setengah tahun aplikasi ini menjawab kebutuhan kita memasuki fase pasca pandemi,” kata Erick.
Hal itu disampaikan Erick ketika menyambangi kediaman Yenny Wahid, putri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Kabupaten Sleman Yogyakarta Selasa 31 Agustus 2021.
Lebih jauh Erick menuturkan aplikasi itu pun setelah mendapat dukungan penuh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi kini menjadi andalan melacak keberadaan masyarakat yang belum dan sudah divaksin Covid-19. Sehingga bisa meminalisir penularan lebih luas.
“Aplikasi ini fungsi utamanya hanya untuk menjaga karena era pasca Covid-19 atau endemi nanti akan berbeda dengan kondisi pandemi sekarang. Digitalisasi menjadi kunci kita bisa hidup secara endemik,” ujar Erick.
Ia menuturkan digitalisasi menjadi kunci ketika Indonesia nanti mulai memasuki masa endemi Covid-19. Sebab, kata Erick, saat nanti wabah Covid-19 ini sudah mulai konstan sebarannya atau menjadi endemi pelacakan kasusnya harus lebih cepat. Salah satunya melalui akses digital yang kini digencarkan pemerintah melalui aplikasi PeduliLindungi.
“Jadi pelacakan melalui akses digital saat endemi itu musti cepat. Misalnya berapa yang masuk dalam ruangan ini, siapa saja dan bagaimana kondisinya, yang berdekatan dengan kita langsung bisa diketahui dan bisa isolasi kalau positif,” kata Erick.
Erick Thohir menilai untuk menerapkan satu proses digitalisasi pada saat situasi darurat seperti pandemi memang tak mudah. Butuh pembiasaan yang cukup lama sehingga banyak pihak menyadari kini eranya digitalisasi untuk menangani berbagai kebutuhan, termasuk urusan kesehatan.
Baca: RI Disebut Sulit Kembali jadi Negara Berpendapatan Menengah Atas, Kenapa?