TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan setidaknya ada dua risiko yang akan membayangi pemulihan ekonomi global pada tahun ini dan tahun depan.
Faktor pertama, kata Perry, adalah perkembangan varian Delta Covid-19 yang merebak akhir-akhir ini. Hal tersebut juga terjadi di banyak negara.
“(Varian Delta) tentu saja mempengaruhi pola perekonomian global ke depan, tergantung kemajuan vaksin dan besarnya stimulus,” ujar Perry dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR, Senin, 30 Agustus 2021.
Ia menjelaskan, perkembangan varian Delta Covid-19 sangat mempengaruhi divergensi pertumbuhan ekonomi global. Hal tersebut juga dikhawatirkan bakal berimbas terhadap kinerja ekspor Indonesia.
“Kami lihat peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terbuka, hanya saja risiko-risiko itu perlu diantisipasi,” kata Perry.
Selain itu, kata Ferry, ada faktor kedua yakni waktu pemberlakuan dan besarnya perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat. Kebijakan tersebut yang dikenal dengan istilah tapering.
Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) sebelumnya telah memberi sinyal bahwa pengurangan likuiditas akan mulai dilakukan pada akhir 2021. Namun khusus untuk rencana kenaikan suku bunga baru bakal dilakukan pada penghujung 2022.
“Reaksi pasar pemahamannya semakin baik dan itu yang harus terus kita antisipasi perubahan-perubahan ini dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, pasar SBN,” ucap Perry.
Tahun ini BI memperkirakan ekonomi global akan tumbuh sebesar 5,8 persen dan bakal turun menjadi 4,3 persen pada tahun 2022. Perbaikan ekonomi ini didorong oleh pemulihan ekonomi yang kuat di AS dan Cina, serta ekonomi Eropa yang diperkirakan membaik.
BISNIS
Baca: Indocement Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Hingga 10 September, Syaratnya?