TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi dampak pengurangan stimulus moneter (tapering off) oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) tidak akan seburuk taper tantrum 2013.
Deputi Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan ada beberapa hal yang melandasi keyakinan itu. Salah satunya porsi kepemilikan saham asing di surat utang negara.
“Proporsi kepemilikan asing di surat utang pemerintah saat ini lebih kecil dibandingkan 2013,” ujar Amalia dalam keterangannya, Ahad, 29 Agustus 2021.
Pada 2013, tapering off The Fed sempat menyebabkan rupiah anjlok dari Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat menjadi Rp 12 ribu. Penarikan stimulus juga membuat indeks harga saham terpental dari level 5.200 menuju Rp 4.200. Pada saat itu, pemerintah mencatat penarikan arus modal keluar dari Indonesia menyentuh Rp 36 triliun.
Untuk mencegah kondisi serupa, pemerintah dan Bank Indonesia telah melakukan komunikasi dengan The Fed ihwal recana tapering off. Pencegahan dampak terhadap kondisi fiskal dan moneter pun dibantu keterbukaan informasi Amerika terhadap publik atas perkiraan kondisi ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran negara itu.
Di sisi lain, Amalia memastikan Bank Indonesia telah memiliki kebijakan untuk mengelola risiko tapering off. Bank Indonesia memastikan cadangan devisa hingga akhir Juli 2021 cukup tinggi, yaitu U$ 137,3 miliar atau setara dengan pembiayaan 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Amalia meyakini tapering off tidak akan berlangsung dalam waktu dekat. Jika semula kebijakan ini diperkirakan terjadi pada akhir 2021, Amalia menduga tapering off baru akan berlangsung pada 2022.
“The Fed belum akan melakukan tappering off dalam waktu dekat. Yang menjadi perlu perhatian adalah menggeser normalisasi kebijakan moneter USA dari th 2023 ke th 2022. Sehingga diperkirakan jika ada tapering off di 2022, maka diperkirakan tidak akan seberat tapering off 2013,” ucapnya.
Bank Indonesia sebelumnya mengumumkan akan melakukan stress test untuk mengantisipasi langkah tapering off The Fed pada akhir 2021. Tappering off atau normalisasi moneter ditengarai akan berdampak terhadap perekonomian global.
"Ke depan kami melihat ada risiko terkait dengan rencana kebijakan tapering off The Fed dan kami sepakat akan melakukan stress test untuk antisipasi tapering tersebut," ujar Deputi Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, Rabu, 25 Agustus 2021.
Dengan adanya rencana tapering off, Bank Sentral Amerika Serikat akan mengurangi stimulus moneter seperti yang telah digelontorkan sejak pandemi Covid-19. Selama wabah, The Fed telah beberapa kali memangkas suku bunga acuan hingga nol persen untuk mendorong pertumbuhan kredit.
Penarikan stimulus dikhawatirkan bisa menyebabkan taper tantrum atau kepanikan. Selain mencegah dampak tapering off, Bank Indonesia juga akan mengantisipasi imbas moneter terhadap adanya peningkatan varian baru virus corona, seperti corona delta. Munculnya varian baru ini berpotensi menahan inflow atau arus modal asing.
Baca juga: Bank Indonesia Akan Lakukan Stress Test Antisipasi Tapering Off oleh The Fed