TEMPO.CO, Jakarta -Bitcoin saat ini merangkak naik untuk keluar dari periode pelemahan selama beberapa bulan terakhir dan mendekati level US$50.000 atau Rp 722,5 juta (asumsi kurs rupiah Rp 14.450)
Mata uang kripto terbesar itu mencapai titik tertinggi sejak 16 Mei 2021, yaitu US$49.704 atau Rp 718,23 juta, pada tengah hari Sabtu, 21 Agustus 2021 waktu New York.
Reli Bitcoin mengatasi pertemuan hambatan teknis yang jarang terjadi, termasuk level terendah pada April sekitar $47.000 (Rp 679,15 juta) dan klaster Fibonacci dan Ichimoku antara $47.000 dan $48.000 (Rp 693,6 juta).
Tren penurunan Fibonacci retracement, 61,8 persen pada April hingga Juni, pada level $51.000 (Rp 736,95), masih terlihat sebagai hambatan potensial, bersama dengan angka bulat $50.000 (Rp 722,5 juta).
Konstatin Anissimov, Executive Director CEX.IO, mengatakan titik resisten Bitcoin selanjutnya berada di zona US$50.000. "Reli harga yang terjadi pada akhir-akhir ini tidak mengindikasikan lompatan yang signifikan. Namun, jika lebih banyak pembeli terjun untuk mendorong harga di atas level $50.000, bisa saja harga Bitcoin menuju target jangka menengah $55.000," ujarnya dikutip dari Bisnis.com, Minggu, 22 Agustus 2021.
Harga Bitcoin mulai pulih setelah diperdagangkan di rentang US$30.000 (Rp 433,5 juta) hingga US$40.000 (Rp 578 juta) selama berminggu-minggu, setelah mencatatkan rekor mendekati US$65.000 (Rp 939,25) pada pertengahan April 2021.
Sebelumnya, harga Bitcoin naik gila-gilaan pada tahun lalu di tengah adopsi institusional dan dukungan dari nama-nama besar, seperti Paul Tudor Jones dan Stan Druckenmiller. Chainalysis mencatat adopsi kripto secara global melesat 881 persen pada 12 bulan terakhir.
BISNIS
Baca Juga: Bitcoin Melejit ke Level Rp 704,3 Jutaan, Aset Kripto Lainnya Ikut Melonjak