TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra berharap Indonesia segera memperoleh kuota umrah. Pembukaan umrah akan meningkatkan pertumbuhan pergerakan penumpang maskapai pelat merah.
“Anda mesti tahu, kalau umrah dibuka, swing pendapatan (maskapai) akan bergerak jauh karena antrean sudah sangat tinggi,” ujar Irfan dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 19 Agustus 2021.
Garuda Indonesia mengalami penurunan pendapatan dari sisi penumpang selama pandemi Covid-19, termasuk dari penerbangan ke Tanah Suci. Pendapatan penumpang Garuda pada 2020 melorot tajam hingga 73 persen secara year on year.
Sepanjang tahun lalu, Garuda hanya berhasil membukukan pendapatan penumpang sebesar US$ 929 juta. Padahal pada 2019, pendapatan emiten berkode GIAA itu mencapai US$ 3.446 juta.
Penutupan kunjungan keagamaan ke Arab Saudi merupakan tantangan di luar kendali perseroan. Saat ini Garuda masih menunggu kebijakan Pemerintah Arab Saudi untuk membuka kunjungan umrah bagi jemaah asal Tanah Air.
Indonesia menghadapi persoalan lantaran Pemerintah Arab Saudi memberlakukan kebijakan hanya menerima empat jenis vaksin bagi jemaah yang akan melakukan ibadah umrah maupun haji. Keempat vaksin itu adalah Pfizer, Moderna, dan Johnson & Johnson buatan Amerika Serikat, serta Astrazeneca buatan Inggris.
Dengan demikian, vaksin Sinovac dan Sinopharm yang dipakai di Indonesia belum memperoleh legalitas dari Arab Saudi. Adapun saat ini dari 67 negara kontributor jemaah umrah, baru sebanyak 34 negara yang sudah bisa melakukan proses e-visa.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS