TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira pesimistis target Presiden Joko Widodo atau Jokowi soal defisit APBN 2023 bisa kembali maksimal 3 persen terhadap PDB akan tercapai.
"Ini saya kira satu hal yang cukup sulit dilakukan," ujar Bhima, Senin, 16 Agustus 2021.
Pasalnya, menurut dia, hingga tahun 2023 mendatang masih akan ada tekanan eksternal yang bisa mendorong kenaikan harga bahan bakar dan harga energi. "Harga minyak mentah fluktuasinya cenderung mengalami kenaikan, itu juga satu hal yang bisa menekan daya beli,” katanya.
Ia menjelaskan, jika dilihat dari penyaluran kreditnya, konsumsi masih akan memegang peranan yang penting, maka dibutuhkan support oleh sisi kredit. Bhima memprediksi di masa mendatang, ketika konsumsi mulai bergairah, penyaluran kredit terhadap dunia usaha pun bakal meningkat.
Dengan asumsi penghasilan masyarakat meningkat dan memicu belanja lebih banyak, tapi konsumsi rumah tangga yang dipotong oleh penyaluran kredit perbankan masih relatif rendah. "Sampai di bulan Juni 2021, pertumbuhan kredit konsumsi itu kecil sekali,” ujar Bhima.
Menurut Bhima, meskipun pertumbuhan kredit konsumsi berada di angka positif, tetapi angka tersebut masih di bawah 2 persen dari year on year. "Ini menjadi salah satu tantangan. Banyak negara yang terlalu cepat melakukan pemotongan perlindungan sosial, akibatnya daya beli masyarakatnya menurun,” tuturnya.