TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, mengungkapkan kondisi terkini perusahaan maskapai pelat merah tersebut. Dia mengatakan jumlah penumpang Garuda melorot tajam selama pandemi Covid-19, bahkan hanya 3.000 orang per hari.
“Jumlah penumpang ketika kondisi sudah mulai membaik walaupun masih pandemi, Desember 2020, sekitar 20 ribu pax per hari. Ketika sepi, 3.000 penumpang,” ujar Yenny saat dihubungi pada Ahad, 15 Agustus 2021.
Kondisi menurunnya jumlah penumpang berpengaruh pada rata-rata seat load factor atau SLF. Selama pagebluk, maskapai hanya mampu memenuhi SLF sebesar 35-50 persen. Padahal untuk mencapai break even point atau titik impas, SLF Garuda harus di atas 70 persen.
Rendahnya SLF tak hanya dipengaruhi oleh menurunnya jumlah penumpang. Faktor lain, Garuda membatasi kapasitas angkut per pesawat untuk mematuhi protokol jaga jarak atau seat distancing dengan maksimal penumpang 70 persen.
Dengan perhitungan total kapasitas angkut di bawah angka break even point, emiten berkode GIAA itu otomatis terbang merugi. Situasi ini pun diakui bertambah berat saat pemerintah menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM Darurat yang menekan mobilisasi penumpang.