“Kami telah menghitung, semua rute yang diterbangkan adalah yang profitable dan akan berbasis kargo karena kita belum bisa mengharapkan isian penumpang,” ujar Irfan.
Selain penerbangan kargo, perusahaan berfokus pada bisnis carter. Dari sisi manajemen, Garuda akan melakukan kebijakan rasionalisasi pegawai untuk menyikapi penurunan demand layanan penerbangan.
Garuda melaporkan beban utang meningkat hingga 229 persen pada 2020. Utang Garuda naik menjadi US$ 12,73 miliar dari posisi per 31 Desember 2019 sebesar US$ 3,8 miliar. Dengan demikian terdapat selisih US$ 8,85 miliar untuk posisi utang atau liabilitas pada 31 Desember 2019 dan periode yang sama 2020. Adapun pada Mei lalu, Garuda melaporkan utang perusahaan telah mencapai Rp 70 triliun dan terus bertambah Rp 1 triliun setiap bulan.
BACA: Mundur dari Komisaris Garuda, Yenny Wahid Ingin Nembang dan Menikmati Kampung
FRANCISCA CHRISTY ROSANA