TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan penyaluran kredit BCA bervariasi, ada kredit komersial, UMKM, kredit konsumen atau kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor KKB. Untuk porsi UMKM kata dia, hanya di bawah 20 persen.
"Kelas bank-bank besar seperti Mandiri sama dengan kita, di mana range UMKM di bawah 20 persen, mungkin 13-16 persen. Kalau BRI 80 persen," kata Jahja dalam dialog Tempo secara virtual, Kamis, 5 Agustus 2021.
Dia mengatakan sektor UMKM merupakan sesuatu yang prospektif. Namun, memang kredit sektor itu dilakukan di hampir 100 bank di Indonesia ada.
"Jadi persaingannya itu betul-betul di 100 bank, dan juga di daerah-daerah punya seni persaingan sendiri," ujarnya.
Kendati begitu dia menegaskan bahwa prospek UMKM punya masa depan baik. Namun pemberi kredit perlu melihat UMKM lebih dalam, karena UMKM ada banyak yang menjual produk lokal, tapi banyak juga yang jual produk impor.
Menurutnya, hal itu harus dibedakan antara produsen sekaligus yang menjual produk UMKM lokal dengan penjual produk impor. Namun dia menuturkan bahwa tidak bisa disangkal UMKM kadang-kadang susah produksi, jadi hanya tinggal memasukkan barang terus dijual.
Di masa Covid-19 ini, dia melihat secara mobilitas masyarakat tidak bisa keluar rumah tahun lalu. Sejak Agustus tahun lalu, kata dia, BCA berinisiatif ini bahwa saat ini bukan haya bicara melepas kredit. Karena kredit adalah untuk modal kerja dan investasi. Kalau penjualan tidak ada, artinya tidak ada yang bisa dikreditkan.
"Sebab itu kami pikir ini saat-saat untuk mendorong produsen-produsen lokal yang barangnya bagus dan layak beredar nasional, kami bantu dalam platform digital. Di mana bukan kami tawarkan kredit, kita tawarkan bantu mereka berjualan," kata Jahja.
Dalam upaya itu, dia juga melihat bahwa saat ini baru 25 persen UMKM Indonesia yang melek untuk bisa on boarding produk secara digital.
Baca Juga: Promo HUT RI Pembelian McD Dapat Diskon 76 Persen, Cek Caranya