Saat itu, ada 4,6 juta orang yang kembali bekerja ke sektor pertanian. Ternyata, kata dia, butuh 10 tahun setelah krisis Asia atau sekitar tahun 2008 untuk kembali ke tingkat produktivitas kerja sebelum krisis.
Kedua, progres pengentasan kemiskinan yang semakin terhambat. Ia mencatat tingkat kemiskinan semula turun dari 10,64 persen (Maret 2017) menjadi 9,22 persen (September 2019). Lalu naik menjadi 10,14 persen (Maret 2021). Bappenas pun menyebut butuh upaya untuk mengembalikan tingkat kemiskinan ini menjadi di bawah satu digit lagi, seperti sebelum pandemi.
Selain itu, Bappenas mencatat ada 140 juta penduduk Indonesia atau 52 persen yang masih berada di kelompok rentan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia (2,9 [persen) dan Thailand (6,2 persen). Sehingga, kelompok ini sangat rentan jatuh ke dalam jurang kemiskinan.
Ketiga, ketimpangan yang semakin meningkat. Ia mencatat Indeks ketimpangan yang diukur dari rasio gini awalnya turun dari tahun 2013 ke 2019. Lalu naik lagi hingga 2021. Terakhir pada Maret 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rasio gini mencapai 0,34 persen (makin besar makin timpang).
Di sisi lain, ia menyoroti Dana Pihak Ketiga (DPK) alias simpanan di perbankan yang didominasi masyarkat kelas menengah ke atas. Pada 2020, hampir 50 persen komposisi dari DPK di perbankan merupakan simpanan di atas Rp 5 miliar. Sementara, simpanan di bawah Rp 100 juta hanya sekitar 10 persen.
Baca Juga: Alasan Kemendagri Mengawasi Aktivitas Orang dan Lembaga Asing di Indonesia