TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, Didiek Hartantyo, memastikan perusahaan tidak akan merumahkan karyawan apalagi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) walau terimbas pandemi Covid-19.
Sepanjang semester pertama tahun ini, PT KAI mencatat kerugian hingga Rp 454 miliar. Adapun pada tahun lalu, kerugian KAI mencapai Rp 1,7 triliun.
"Mengapa KAI tidak melakukan rasionalisasi pegawai karena kami merasa pegawai adalah aset utama, sehingga aset utama inilah yang akan menjadi kunci penyelesaian (masalah di tengah pandemi Covid-19)," kata Didiek ketika dihubungi, Sabtu, 31 Juli 2021.
Lebih jauh, ia memaparkan bahwa perseroan sudah bersiap menghadapi masa pandemi dengan menjaga likuiditas. Antisipasi keuangan dilakukan dengan mengandalkan pinjaman modal kerja yang didapatkan dari mitra perbankan KAI.
Saat ini ada pinjaman senilai Rp 8,5 triliun yang didapat KAI dan menunjukkan kepercayaan dunia perbankan kepada perseroan untuk tetap bangkit. Kereta api memang mengalami tekanan angkutan penumpang, kata Didiek, tapi bila situasinya kembali normal, maka potensi angkutan penumpang akan kembali.
Oleh karena itu, ia yakin dan perusahaan menyiapkan likuiditas untuk bisa memenuhi pembayaran gaji para pegawai. Bukan memutus hubungan kerja, Didiek menyebut menjamin kesehatan dan keselamatan para pegawai di tengah pandemi justru menjadi prioritas KAI.
PT KAI juga menyiapkan protokol kesehatan yang baik hingga memberikan layanan vaksinasi bagi pegawai beserta keluarga. "KAI akan tetap menjaga dan melindungi pegawai baik dari sisi kesehatan dan kesejahteraan," kata Didiek.
Selain itu, PT KAI juga akan tetap memberikan tunjangan secara penuh bagi pegawai operasional yang bekerja secara penuh karena tak bisa bekerja dari rumah (WFH). Di sisi lain, perusahaan terpaksa memotong sebagian tunjangan yang selama ini diberikan. "Sekarang kita cut misalnya perjalanan dinas, training," ucap Didiek.
BISNIS
Baca: Greysia / Apriyani Raih Emas, Erick Thohir: Hari Ini Semua Lelah Terbayarkan